KOMENTAR TENTANG PILKADA

Februari kemarin bone telah melaksanakan PILKADA dan telah terpilih seorang bupati yang merupakan pilihan rakyat pertama. Ditinjau dari pendapat penulis KPU telah sukses melaksanakan tahapan PEMILU yang demokratis. Memang kalau pelaksana PEMILU tidak berpihak kepada salah satu kandidat maka yakin saja insya ALLAH kandidat dan pendukungnya juga akan siap menang dan siap kalah. Jadi KPU bone menurut hemat kami dapat dijadikan sebagai KPU percontohan, apalagi KPU kabupaten lain ini akan melaksanakan PILKADA juga.


Dan untuk kandidat calon bupati “iyyanaE” telah membuktikan sebagai seorang pemimpin yang menghormati demokrasi dan melindungi rakyatnya, dengan berani dia mengatakan kubu 02 menerima hasil perhitungan suara KPU artinya dia legowo dengan kekalahannya. Kami salut kepada bapak Drs.H. A. Fahsar M Padjalangi, M.Si. atas sikapnya tersebut, saya tidak bisa bayangkan jika dia bersikap sebaliknya.
Kekalahan 02 ini dapat dijadikan pelajaran calon bupati yang lain, ada apa sampai 02 kalah dalam PILKADA ini, penulis beranggapan bahwa para calon bupati mesti memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Tim sukses atau apa namanya, perlu diuji kejujurannya, dedikasinya, disiplinnya, kesetiannya dan pengaruhnya ditengah masyarakat. Jangan sampai uang calon bupati Cuma habis dikuras oleh tim sukses, akhirnya tim sukses yang sukses dan calon bupatinya yang mampus.
2. Perlu diinventarisasi wajib pilih, dari segi tingkat pendidikan, ekonomi, social budaya. Jika dari segi pendidikan wajib pilih yang memiliki tingkat pendidikan menengah ke atas, dia akan memilih dengan menggunakan nalar n pemikirannya sebaliknya jika tingkat pendidikan yang menengah ke bawah dia akan menurut aja dengan keluarganya yang miliki tingkat pendidikan yang tinggi…….na bilang orang “ikut-ikutan saja”.
Segi ekonomi, masyarakat ekonomi lemah akan memilih calon yang berpihak ke orang yang ekonomi lemah, apalagi mereka sudah “ditanerri” mereka pasti akan memilih calon tersebut mis : diberikan bantuan berupa alat2pertnian, pupuk, umroh bagi imam desa, sarana prasarana Kepala Dusun, RT, RW, Kepala Desa dan masih banyak lagi yang lain
Social budaya, perlu pendekatan lebih dekat lagi dengan tokoh-tokoh agama, adat dan pemimpin yang ada didaerah tersebut.
Jadi intinya para calon bupati perlu mengkaji karakteristik wilayah tersebut, jika sudah maka pendekatan apa yang cocok untuk diterapkan pada wilayah tersebut.
3. Masyarakat saat ini masih merupakan masyarakat tradisional, masih nurut n dengar kata-kata “petta desa”, “petta cama’”.
4. Mesin politik harus lebih dioptimalkan
5. Kaderisasi partai harus lebih dioptimalkan karena kaum muda memiliki pengaruh dan fisik kuat untuk melaksanakan kampanye
6. Perlu dipilah juga wajib pilih dari segi umur, jika wajib pilih orang tua dekati dengan orang tua, jika muda dekati dengan anak muda juga, jika banyak perempuan dekati dengan perempuan n jika banyak laki-laki dekati dengan laki-laki juga
7. Cari tokoh masyarakat yang diidolakan, yang karismatik yang ada diluar kabupaten karena masyarakat kita itu adalah penurut……….!!!!!!!!!
Jadi para calon bupati…..tabe….ati2ki dengan orang-orang disekitar ta’’, jangan sampai ada musuh dalam selimut…!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Salam dari penulis n sukses slalu……!!!!!!!!!!!!!!!