Hei...Aga Kareba Cika..Cappo..Cikaliku"
terima kasih atas kunjungan ta''...!!!
Apakah Anda Percaya ????????
Saya yakin...
Sebuah IMPIAN mampu MEMBERI SEMANGAT
Sebuah IDE mampu MENGUBAH DUNIA
Sebuah LANGKAH mampu MENGELILINGI DUNIA
Sebuah TULISAN mampu MENGUKIR SEJARAH
Saya percaya, anda yang sedang membaca tulisan ini adalah bagian dari hidup saya secara pribadi, karena tidak ada yang kebetulan...anda ditarik oleh sebuah hokum alam...yang secara alami tidak anda sadari...Saya percaya, bahwa ALLAH berkomunikasi melalui perantaraan manusia dan melalui keadaan di sekitar kita...Saya yakin, jika anda tersenyum pada saat ini juga, maka anda akan dapat menikmati hari ini dengan hati yang lebih baik dan lebih positif dan saya percaya saat ini anda akan mencoba tersenyum bukan ???
Untuk itu, jika ada manfaat yang didapatkan itulah tujuannya namun jika masih ada salah dan khilaf, sebelumnya saya secara pribadi memohon maaf.
Sekali lagi terima kasih...Sobatku...anda begitu berharga...anda adalah orang yang luar biasa dan sebuah hasil maha karya dari ALLAH "The Creator".
Marilah kita bersama-sama berusaha, bermitra dan saling dukung serta saling mengembangkan diri untuk mewujudkan impian dan harapan kita menjadi kenyataan.
selamat membaca n'' terima kasih atas kunjungannya.
11 Agustus, 2007
एच.हर्तोनो AHMAD
Bencana dan musibah yang bertubi-tubi datang merupakan adzab dari Allah Subhanahu wa
Ta’ala kepada bangsa Indonesia. Mengapa ini terjadi? Karena bangsa yang mayoritas
muslim ini masih mempraktekkan kemusyrikan dalam kehidupan sehari-hari.
Bentuk kemusyrikan itu di antaranya adalah ruwatan, sedekah bumi, dan larung laut.
Semua ini merupakan bentuk kemusyrikan.
Berikut petikan wawancara Tabloid Jum’at dengan Ustadz Hartono Ahmad Jaiz, seorang
pengamat pemikiran Islam dan aliran sesat serta penulis buku produktif.
Bagaimana pendapat Ustadz soal bencana dan musibah yang bertubi-tubi menimpa bangsa
ini?
Pertama-tama yang harus diketahui, Allah Subhanahu wa Ta’ala itu tidak dzalim. Dan
Dia tidak suka kepada kedzaliman. Kedzaliman yang paling tidak disukai dan tertinggi
adalah kemusyrikan.
Ketika kita sudah tahu seperti itu, yang paling tidak disukai Allah adalah
kemusyrikan, tetapi di balik itu Allah tidak dzali; ketika musibah bertubi-tubi
menghampiri tanah air Indonesia berarti manusia ini yang dzalim. Kedzaliman yang
paling puncak dan paling tidak disukai oleh Allah adalah kemusyrikan.
Nah, mari kita lihat apakah sebenarnya kemusyrikan yang dilakukan oleh rakyat
Indonesia itu. Sangat banyak. Kemusyrikan itu tidak mesti dilakukan oleh orang-orang
kafir saja, tetapi juga dilakukan oleh orang Islam sendiri. Mereka menyembah Allah
Subhanahu wa Ta’ala tetapi juga meminta pertolongan kepada selain Allah. Ini bentuk
kemusyrikannya.
Padahal kalau mereka tahu, kemusyrikan yang mereka lakukan itu sebenarnya bentuk
kedzaliman yang paling tinggi dan besar serta sangat tidak disukai oleh Allah.
Kemusyrikan yang dilakukan manusia Indonesia dapat dilihat dengan gencarnya otonomi
daerah, pemerintah daerah melalui dinas pariwisata menghidupkan kembali bentuk
kemusyrikan yang sebenarnya oleh para ulama sudah diredam.
Seperti apa bentuk kemusyrikan itu?
Misalnya, kemusyrikan yang sudah diredam itu adalah ruwatan. Sebelum tahun 1990-an,
kegiatan ruwatan jarang sekali terdengar dan sudah terkubur. Tetapi sejak tahun
2000, terutama pada saat pemerintahan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, acara ruwatan
muncul kembali. Konon menurut informasi yang beredar, Gus Dur pun diruwat oleh
seorang paranormal bernama Romo. Bahkan di universitas ternama, seperti Universitas
Gajah Mada pun melakukan ritual ruwat yang diberi nama Ruwatan Bangsa. Hadir dalam
acara ritual tersebut Presiden Gus Dur, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Rektor UGM
Ichlasul Amal dengan tontonan wayang kulit berlakon Murwokolo dan Sesaji Rojo Suryo
oleh Dalang Ki Timbul Hadiprayitno di Balairung UGM, Jum’at malam 18 Agustus 2000.
Di situ berarti, kemusyrikan yang sudah terpendam itu dihidupkan kembali.
Ruwatan itu sebenarnya salah satu bentuk kemusyrikan. Sebab dalam ruwatan tersebut
terdapat bentuk perdukunan, klenik, takhayyul, bid’ah, khurafat dan
keyakinan-keyakinan sesat lainnya.
Sejak itu dilakukan, maka ruwatan kembali semarak dan dihidup-hidupkan secara
nasional. Bahkan saat ini acara semacam itu didukung oleh berbagai instansi
pemerintah. Kalau mau tahu lebih banyak bukalah situs-situs di internet. Di sana
terlihat beberapa instansi pemerintah mengadakan berbagai ruwatan.
Dengan adanya otonomi daerah maka bermunculan berbagai bentuk kemusyrikan yang
dikemas dengan unsur pariwiasata dan budaya.
Selain ruwatan, bentuk kemusyrikan lainnya adalah upacara larung laut. Kegiatan
seperti itu sama seperti ruwatan, penuh dengan kemusyrikan. Bahkan pada bulan Juli
2004 lalu di Bantul (selatan Jogjakarta) acara larung laut juga dilakukan oleh para
anggota DPRD Bantul hasil pemilu 2004. Sebagai bentuk syukur mereka mengadakan
upacara larung laut yang diberi nama dengan Larung Buto ke Laut Kidul. Upacara yang
penuh dengan kemusyrikan itu juga diikuti oleh beberapa partai Islam. Mereka
menganggap bahwa kesialan harus dibuang ke laut dan meminta berkah kepada Nyai Roro
Kidul.
Apa yang dilakukan oleh para anggota dewan itu jelas bentuk kemusyrikan. Bila hal
seperti ini terus dilakukan dan dihidupkan kembali, maka tidak mustahil Allah murka
dengan berbagai bencana dan musibah atas bangsa ini.
Bentuk kemusyrikan lainnya adalah upacara sedekah bumi yang marak dilakukan di
berbagai pelosok desa. Dalam upacara itu juga digelar [b]sesaji untuk arwah leluhur.
Ini jelas-jelas bentuk kemusyrikan.
Di samping itu juga marak praktek-prektek perdukunan. Masyarakat negeri ini memang
mayoritas Muslim, tapi ada sebagian dari mereka yang senang mengikuti perintah yang
diberikan oleh dukun-dukun. Padahal mereka itu muslim, tetapi meminta sesuatu itu
melalui dukun bukan langsung kepada Allah. Perdukunan itu juga termasuk bentuk
kemusyrikan.
Jadi bencana dan musibah ini adzab Allah?
Ya. Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan azab
kepada kaum yang tidak mengikuti ajaran yang dibawa para Nabi dan Rasul Allah. Ada
yang diazab dengan hujan batu, banjir, gempa dan aneka macam azab lainnya. Bahkan
Bani Israel pun dirubah menjadi monyet dan babi karena mereka melanggar perintah
Allah yang disampaikan oleh Nabi Musa Alaihis Salam.
Jadi, musibah dan bencana akhir-akhir ini terjadi merupakan azab dari Allah kepada
bangsa ini. Sebab saya melihat banyak masyarakat, terutama umat Islam percaya kepada
dukun-dukun, klenik dan jimat-jimat. Bahkan ramai-ramai membesar-besarkan acara
ruwatan yang jelas-jelas sangat penuh dengan kemusyrikan.
Ruwatan itu kan sebenarnya upacara adat. Bagaimana tanggapan Ustadz?
Ruwatan itu sebenarnya kepercayaan non-Islam yang berlandaskan cerita wayang.
Ruwatan artinya upacara membebaskan ancaman Batoro Kolo---raksasa pemakan manusia,
anak Batoro Guru atau raja para dewa. Batoro Kolo adalah raksasa buruk rupa jelmaan
dari sperma Batoro Guru yang berceceran di laut setelah gagal bersenggama dengan
permaisurinya, Batari Uma, ketika bercumbu di langit sambil menikmati terang bulan.
Makanan Batoro Kolo adalah manusia yang dilahirkan dalam kondisi tertentu, seperti
kelahiran yang menurut perhitungan klenik akan mengalami menderita (sukerto), juga
yang lahir dalam keadaan tunggal (ontang-anting), kembang sepasang (kembar), sendang
apit pancuran (laki, perempuan, laki) dan lain-lain.
Itu kepercayaan musyrik, menyekutukan Allah yang berlandaskan cerita wayang penuh
takhayyul, khurofat dan tathoyyur atau menganggap sesuatu sebagai alamat sial dan
sebagainya. Biasanya ruwatan disertai dengan sesaji dan wayangan untuk menghindarkan
diri agar Botor Kolo tidak memangsa.
Apa yang harus dilakukan umat agar bencana ini tidak terus terjadi?
Hal pertama yang dilakukan adalah menyadarkan umat Islam bahwa bencana dan musibah
ini benar-benar azab dari Allah atas maraknya kemusyrikan dan kemaksiatan di
tengah-tengah kehidupan mereka. Itu yang harus dilakukan dahulu. Setelah itu, umat
harus melakukan tobat nasuha, tobat yang sebenar-benarnya tobat. Masyarakat harus
meninggalkan segera hal-hal yang berbau musyrik. Sebab kemusyrikan itu merupakan
puncak dari kedzaliman.
Kemudian para ulama harus berani bicara bahwa bencana yang bertubi-tubi ini
merupakan adzab dari Allah kepada manusia. Sayangnya para ulama tidak ada yang
berani bicara, padahal ayatnya sangat banyak dalam Al-Qur’an.
Para ulama juga harus berani menegur umat dan pemerintah. Sebab pemerintah secara
khusus memberikan lampu hijau maraknya kemaksiatan yang ada dalam kehidupan
masyarakat. Bahkan pemerintah lewat Dinas Pariwisata dibantu dengan media massa
membesar-besarkan upacara adat yang jelas-jelas penuh dengan kemusyrikan. (maulana,
Tabloid Jum’at, Dewan Masjid Indonesia, Jakarta, No. 743 Thn XVII, 9 Rajab/ 4
Agustus 2006, halaman 5)।
Assalamu'alaikum wr wb
Email ini dikirim dari situs Swaramuslim.net, tidak ada maksud lain tuk psting di blog ini hanya semata-mata tuk menyebarkan dakwah islamiyah n dapat dijadikan renungan bagi kita semua, thanks moga keimanan yang ada dalam hati kita ini dapat dipertahankan sampai akhir hayat kita Untuk melihat isi silahkan click berikut ini : http://swaramuslim.net
Pada Idi" Cappo"....
-
KUMPULAN EMAIL aanical. @blogger.com Gunakan alamat ini untuk memposting teks dan gambar (berukuran hingga 10MB) secara langsung ke blog And...
-
Kenapa orang sholat menghadap ke Ka’bah (Masjidil Haram), sesuai dengan perintah ALLAH SWT dalam Al-Qur’an dan dan didukung oleh Al-Kitab (I...
-
Senin, 3 Desember 2007 Dr. Andi A.Mallarangeng, dikutip dari harian Jurnal Nasional Dikutip oleh irsal di www.presidensby.info Pertama kali...
-
Makassar, Tribun - Innalillahi wa innailahi rajiun. Keluarga besar Manggabarani berduka. Hj Andi Mani Intan (87), istri dari Manggabarani, m...
-
Menyambut usia ke-400 tahun (09 Nopember 2007), Kota Makassar masih terbilang muda jika dibandingkan sejarah nama Makassar yang jauh menembu...
“AYAT KURSY”
ALLOHU LAA ILLAHA ‘ILLA HUWAL HAY-YUL QOY-YUM – LAATA’ CHUDZUHUU SINATUW WALAA NAUM – LAHUU MAA FIS SAMAAWATI WAMAA FIL ARDH – MAN DZAL-LADZII YASFA’U ‘INDAHUU ILLAA BI-IDZNIH – YA’ LAMU MAA BAINA AIDIHIIM WAMAA CHOLFAHUM – WALLA YUHIITHUUNA BISYAI-IM MIN ‘ILMIHII ILLAA BIMAASYAA – WASI-A KURSIY-YUHUS SAMAAWAATI WAL ARDH – WALAA YA-UUDUHUU HIFZHUHUUMAA WA HUWAL ALII-YUL ‘AZHIIM.
AL QUR’AN HARI INI KATA “BIDADARI”
BIDADARI
TERDIRI ATAS 6 SURAH, 10 AYAT DAN 18 KATA
37:48. Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya,
38:52. Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya.
44:54. demikianlah. Dan Kami berikan kepada mereka bidadari.
52:20. mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli.
55:56. Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin.
55:58. Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.
55:70. Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik.
55:72. (Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah.
56:22. Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli,
56:35. Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung,
Kirim info, kareba n Agi-agi tu mai.....
facebook : irsalmahmud
ditunggu ya..beritanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar